Taman Kota dan Sebuah Asa

Ah, akhirnya setelah melewati masa-masa darurat sakit selama hampir dua hari, saya dapat melakukan aktivitas sehari-hari layaknya seorang pemuda tampan nan rupawan (eh!), maksud saya pemuda pada umumnya. Mengawali hari dengan melakukan aktivitas dengan agenda yang telah saya tuliskan dalam sebuah daftar sebagai daily activities, yakni jogging in the morning atau lari pagi. Sungguh senang menghirup udara pagi, ditemani oleh suasana pagi yang masih begitu asri, lengang dari hingar bingar kehidupan. 

Saking rindunya dengan sensasi lari pagi, sayapun agak melebihkan jarak tempuh lari dari porsi biasa yang saya lakukan. Sekitar 150 meter saya tambahkan dalam kegiatan tadi pagi. Namanya juga baru sehat, sedikit-sedikit adalah perasaan berlebihan dalam mensyukuri sakit yang telah menghilang.

Jauh hari sebelum saya mengalami sedikit kondisi yang kurang mengenakkan, oom saya ada berkata bahwa Kualasimpang akan memiliki taman kota. Pada saat itu tidak begitu memikirkan pernyataan tersebut, toh bagus sekali kalau kota Kualasimpang memiliki taman kota. Apalagi seperti blang padang yang terdapat di Kota Banda Aceh, dimana masyarakat Banda Aceh dapat menikmati manfaat yang diberikan oleh taman kota yang luas tersebut, yang salah satunya adalah taman tersebut dijadikan tempat untuk jogging. Apalagi saya sendiri merasakan sensasi berlari di sana ketika saya berangkat ke Banda Aceh tempo hari. Sungguh menyenangkan, membayangkan kembali tempat nyaman tersebut dan tempat yang akan ada di kota Kualasimpang. Setidaknya, jika terealisasi, saya memiliki rute baru untuk berlari.

Namun, oom saya kemudian memberikan clue, kalau taman kota tersebut berada dekat jalan lintas dan (pusat) pasar ikan. Selintas saya kembali berpikir dimana kira-kira letak taman kota tersebut. Yang paling mungkin untuk dijadikan taman kota menurut saya - dan clue tersebut - adalah kawasan lapangan atas, yang berada dekat dengan taman makan pahlawan (TMP) kota Kualasimpang. Benar, tempat tersebut bertetangga dengan jalan lintas. Di kawasan tersebut juga terdapat pohon-pohon besar yang sangat menyejukkan dan meneduhkan orang-orang yang berlalu lalang di bawahnya Kemudian, saya menelisik info kedua - dari clue - tersebut, yang mengatakan taman kota tersebut dekat dengan (pusat) pasar ikan. Sekilas saya berpikir benar karena di bawah kawasan lapangan atas tersebut, terdapat lapangan bola - yang dikenal juga dengan lapangan bawah bagi sebagian warga sekitar - yang berdekatan dengan pelabuhan tempat boat-boat mengaitkan sauhnya, mungkin ada pasar ikan di sana. Tetapi, kata PUSAT yang menjadi kunci yang mengatakan kalau firasat saya salah. Pusat pasar ikan terletak didekat jembatan penghubung kota Kualasimpang dengan Karang Baru, di sana juga merupakan jalur lintas bagi kendaraan yang ingin melewati kota Kuala Simpang.

Saya merenungkan hal tersebut, apa mungkin taman kota dibuat di sana. Mengingat di kawasan tersebut tidak memungkinkan untuk membuat sebuah taman kota. Selain tempat yang sangat tidak strategis, lahan yang ada juga sempit, belum lagi sudah banyak gedung dan rumah yang mengisi kawasan tersebut. Tidak mungkin pemerintah daerah mau merelokasi gedung dan perumahan warga tersebut, tidak efesien. Belum lagi tempat tersebut berdekatan dengan (pusat) pasar ikan kota Kualasimpang, dimana tempat penjualan hasil sungai Tamiang ini pastilah memberikan semerbak khas sebuah pasar ikan, yang tidak mungkin memberikan kenyamanan bagi masyarakat untuk dinikmati disebuah taman. Pertanyaan yang berkecamuk didalam benak yang juga diperparah dengan kondisi yang belum benar-benar fit, benar-benar menusuk rasa keingintahuan saya. Apa, dimana, terlebih kapan tepatnya taman tersebut akan dibangun.

Alhasil, tadi siang, setelah selesai berkunjung ke sekolah khusus pembina Aceh Tamiang karena ada satu dua hal yang mengharuskan, sayapun menyempatkan diri untuk melewati kawasan yang diceritakan oleh oom tersebut, dengan gambaran dua buah clue yang menyertainya.

Alang kepalang, ternyata taman yang saya dapati adalah seperti ini:
Taman kota Kualasimpang
Saya tertawa sendiri melihat kondisi "taman" tersebut, ternyata ini merupakan sebuah langkah yang dapat saya katakan proactive, yang dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan tersebut. Ini merupakan sebuah sentilan yang dilakukan oleh masyarakat yang sudah tidak tahan melihat kondisi "taman" tersebut - yang sebelum dibuat seperti itu, terdapat lubang-lubang jalan yang dapat membahayakan pengguna jalan raya. Sayapun mengabadikan "taman" tersebut, tanpa memperdullikan orang-orang yang sedikit heran melihat gerak-gerik saya.

Ah, Kabupaten Aceh Tamiang, dengan tampuk kepemimpinan baru yang hampir berusia genap satu tahun, memang masih menyisakan banyak asa yang rasa-rasanya masih jauh panggang dari api. Info yang saya dapat - dari facebook page Bappeda Kabupaten Aceh Tamiang - Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten (APBK) Aceh Tamiang pada tahun 2012 yang lalu adalah mencapai 552 milyar rupiah. Apakah dengan anggaran tersebut - apalagi dengan pemerintahan sekarang yang baru memiliki APBK yang mungkin lebih besar dari tahun lalu - tidak bisa menyelesaikan permasalah jalan yang menjadi jalur penghubung antar kabupaten bahkan provinsi ini? Jalan ini merupakan jalan lintas daerah yang dilewati setiap kendaraan yang akan berpergian kearah terbarat dari pulau sumatera, sungguh benar-benar senyuma saya terasa begitu mengembang dengan kondisi ini.

Belum lagi saya melihat banyaknya lubang-lubang dijalan-jalan lintas lainnya, penerangan jalan yang sangat minim untuk sebuah jalan lintas daerah, bahkan kondisi jalan di depan gedung DPRK dan Kantor Bupati Aceh Tamiang sendiri begitu mengkhawatirkan. Apakah usia kepemimpinan hampir genap satu tahun tidak dapat mengamati kondisi ini, yang secara tidak langsung menamparkan rasa malu tepat di pipi saya sebagai salah satu putera daerah Aceh Tamiang. Tentunya, harapan saya - dan MUNGKIN pemerintahan daerah, beserta segenap jajarannya,  telah berusaha - agar kondisi jalan berikut fasilitas yang mendampinginya dapat dioperasikan secara maksimal oleh para penggunanya. Jika tidak, apalah guna saya tergopoh-gopoh terbang dari sumatera barat - juli yang lalu -  untuk membayarkan pajak kendaraan ketika masa tenggat hampir tiba, jika tidak dibarengi dengan adanya fasilitas publik yang memadai, khususnya jalan ini.

Ah, sungguh, Taman Kota dan Sebuah Asa.......

*Hingga tulisan ini dipublish, situ http://www.bappedatamiang.go.id/ tak kunjung dapat diakses 

Komentar

Posting Komentar

Dipersilahkan tanggapannya

Postingan populer dari blog ini

Melanjutkan Studi Doktoral dan (Kebimbangan) Memilih Topik Penelitian Bagian 1

Rokok dan Saya

Hidup dan Beradaptasi