Ini (Belum) Separuhnya, Masih Banyak Tempat Lainnya

Hari-hari yang saya habiskan di Banda Aceh sangat teramat menyenangkan, bagi para penggila kopi yang dalam kesehariannya tak nikmat mengawali hari tanpa secangkir kopi dipagi hari, maka Aceh, dengan Banda Aceh sebagai ibu kota provinsinya menawari suguhan beragam racikan cairan hitam pekat ini dan bisa dinikmati sejak shubuh tiba hingga kembali kewaktu shubuh dilain harinya. Surga kopi 24 jam perhari!

Selama kurang lebih 3 hari berada disini, saya dan sepupu saya rutin memulai pagi dengan secangkir kopi, perburuan cairan hitam pekat ini kami mulai selepas menjalankan ibadah shubuh di mesjid-mesjid yang kami singgahi, menyenangkan memulai pagi dengan aktivitas seperti ini.

Beragam aktivitas juga dapat saya jalani serta nikmati di Banda Aceh, dan terlebih ketika tadi pagi, kami bertiga - saya, sepupu saya dan teman saya - menelusuri keindahan alam Aceh Besar hingga memasuki daerah Aceh Jaya. Kami pergi ke daerah yang dikenal yang bernama Geureutee di Aceh Jaya dan ketika pulang kami seinggah kesebuah air terjun Lhoong di kawasan Aceh Besar.

Pada kesempatan dihari ini, kami melakukan perjalanan dengan menggunakan sepeda motor, dan kegiatan seperti ini benar-benar mengobati kerinduan saya melakukan touring sembari menikmati sejuta seni yang tercipta di muka bumi - atas kehendak dan izin Maha Pencipta tentunya - cuaca cerah dipagi hari juga menyemarakkan perjalanan kami. Ketika memasuki jalan lintas yang menghubungkan daerah Meulaboh dengan Banda Aceh. Saya benar-benar disuguhi dengan hamparan pemandangan pegunungan yang berada disisi sebelah saya dan hamparan lautan disisi sebelahnya, benar-benar mengingatkan saya dengan beberapa rute yang pernah saya tempuh ketika melakukan kegiatan serupa di ranah minang.

Hamparan kehijauan yang dilihat dari pohon, perbukitan, kebun yang berada disisi sebelah saya, dapat terpadu dengan sempurnah dengan pemandangan hamparan laut serta biota-biota yang biasa tumbuh di pesisir lautan, benar-benar kenikmatan bathin yang tiada tara, jika sedang mengalami stress karena aktivitas sehari-hari, melihat pemandangan yang sempurna ini seakan menyurutkan kegundahan pikiran serta beban yang ada, sirna seketika.

Puas menikmati pemandangan, serta mengarungi jalanan yang menanjak dan menurun karena melewati pegunungan, kurang lebih 2 jam waktu yang telah berlalu, kamipun akhirnya tiba di geureutee, Aceh Jaya. Kami memarkirkan kendaraan dan singgah di kedai-kedai yang menjajakan dagangannya, kopi tubruk - dan secangkir capuchino - panas menemani kami bertiga seraya berbagi cerita dan memandangi hamparan laut dan dua buah pulau kecil yang berada disana. Tak lama berselang, tiga buah mie rebus plus telur ceplok-pun tiba, siap untuk mengganjal sedikit lapar yang terasa.

Selang beberapa puluh menit kemudian, setelah mangkok-mangkok mie hanya menyisakan beberapa tetes kuah serta sendok dan garpunya, setelah cangkir-cangkir kopi hanya menyisakan ampas hitam pekat di dalamnya, kamipun beranjak menuju tujuan berikutnya, air terjun lhoong.

Untuk bisa mencapai tujuan ini, kami harus memutar balik arah kembali menuju jalan pulang, karena air terjun tersebut berada dikawasan Aceh Besar, tak masalah karena saya juga benar-benar menikmati perjalanan tersebut sehingga semuanya terasa cepat berlalu. Sekitar 50 menit, kamipun merapatkan kendaraan dikawasan parkir, tempat air terjun Lhoong berada. Air terjun Lhoong tidaklah terlalu tinggi, namun curah airnya sangat banyak dan deras, sehingga oleh warga sekitar curah air terjun ini dimanfaatkan sebagai salah satu pembangkit listrik tenaga air, terbukti dengan tersedianya rumah genrator di tempat tersebut. 

Perasaan tak sabar untuk segera menceburkan badan dihamparan air tawar sudah menyeruak keluar, namun sepupu saya - dan teman saya - mengatakan kalau kawasan mandi yang nyaman berada sedikit ke atas dari tempat kami berdiri, dan untuk mencapainya kami harus melakukan sedikit tracking/hiking secara manual menuju tempat tersebut. Indah, kegiatan ini mengingatkan saya ketika saya berada di ranah minang, ketika saya dan beberapa teman juga harus melakukan penanjakan untuk dapat menikmati spot yang lebih indah dari air terjun bayang.

Sekitar 15 menit penanjakan kami lakukan, yang lumayan cukup menguras stamina, sehingga teman saya sedikit mengalami kesulitan ketika berada ditengah-tengah perjalanan. Setelah usaha tak kenal lelah - (sah!) - yang kami lakukan, akhirnya kami berada di tempat yang dimaksud. Kawasan kolam yang luas, airnya yang berwarna kehijauan dengan sifat tenangnya, kedalamannya juga lumayan untuk menuntaskan hasrat saya yang ingin segera terjun kedalam kolam tersebut. Sayapun menikmati sensai berenang di tempat tersebut, menyenangkan, sunyi, sepi, hanya ada kami bertiga dan alam.

Tak lama kami berenang, kalau dalam istilah orang minang malapehan taragak. Ya, hanya sekedar untuk menghilangkan rasa penasaran, berhubung cuaca juga sudah menunjukkan gejala akan hujan, kamipun bergegas turun. Sepupu saya juga mengatakan, kalau jalan akan sangat licin ketika hujan tiba jadi akan menyulitkan kami tentunya. Kamipun segera beranjak dari kawasan tersebut, menuju jalan pulang.

Diperjalanan, kamipun menyempatkan diri untuk singgah dan mencicipi buah durian - tak lupa sebelumnya kami melakukan interaksi dengan Tuhan yang telah memanggil dengan seruan panggilan-Nya - setelah tawar menawar yang dilakukan, buah itupun dibelah, bertiga kami menikmatinya sembari mengulas beberapa percakapan yang mencairkan suasanan. 

Diperjalanan pulang, kami telah disambut dengan kucuran air yang turun dari langit yang membahasi permukaan jalan yang kami lewati, sempat beberapa kali kami berteduh untuk menghindari curahan air yang turun tersebut. Hingga pada akhirnya kamipun tiba, di rumah, mengenang segenap kejadian yang mengisi satu hari ini, sayapun berakhir dengan beberapa kali mengingat beberapa tempat yang masih belum saya lihat disekitaran kawasan Aceh Besar dan Aceh Jaya, yang menurut info sepupu dan teman saya dan saya simpulkan ini (belum) separuhnya, masih banyak tempat lainnya yang tidak terjamah untuk satu hari coba. 

Mungkin akan saya nikmati dilain hari, dilain kesempatan, entahlah. Kali ini hanya Tuhan dan waktu yang mengetahui akankah kesempatan saya itu tiba. Sebuah SMS tiba dilayar Handphone saya, dari ayah saya, mengatakan saya harus pulang ke Aceh Tamiang disebabkan ada kegiatan yang bersifat urgent. Benar sesungguhnya, waktu, bukan merupakan kuasa saya.

Nb: Koneksi Tri (3) sedang bermasalah, sehingga beberapa gambar tak kunjung bisa diunggah, padahal telah dilakukan teknik kompresi sebelumnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melanjutkan Studi Doktoral dan (Kebimbangan) Memilih Topik Penelitian Bagian 1

Hidup dan Beradaptasi

“Short Time” di Kuala Lumpur