There's (Nose) My Hero

Setiap manusia di dunia ini memiliki sesuatu - baik itu dalam wujud benda, manusia, hewan, makanan, minuman, dsb, - yang sangat disukai atau disenangi, seorang manusia - hampir juga dipastikan - memiliki manusia - atau benda - yang dijadikan sebagai panutan dalam menjalani hidupnya sehari-hari, dalam hal ini saya katakan sebagai jagoan atau dalam bahasa kerennya hero. Terlepas itu semua, adalah hak masing-masing manusia untuk memilih hal yang disukainya ataupun jagoan yang menjadi panutannya.

Dalam pembahasan kali ini, saya tidak akan membahas tentang orang-orang yang menjadi panutan saya dalam menjalani kehidupan, saya juga tidak akan membahas mengenai filosofi yang saya anut untuk mengarahkan jalan saya ketika melangkah. Dengan tidak mengurangi rasa syukur dan mendiskreditkan suatu ciptaan (sempurna) yang diberikan oleh Tuhan, saya ingin membahas tentang bagian tubuh yang paling saya senangi dan terkadang menjadi hero tersendiri dalam kehidupan saya.

Mungkin jika ditanyakan kepada para artis atau binatang film (eh, bintang film) atau model yang sering mengisi layar televisi di rumah-rumah kita, apakah bagian tubuh yang menjadi kesukaan atau favorit artis tersebut, bisa jadi ketampanan/kecantikan wajahnya lah jawabannya. Mungkin jika ditanyakan kepada musisi apakah bagian tubuh yang paling disenangi, bisa jadi jari-jemari yang lentur dalam memetik senar gitar, mengetuk tuts-tuts piano, dsb atau telinga yang mendengar presisi nada-nada adalah jawabannya. Terlepas dari berbagai jawaban - dan berbagai profesi atau manusia - itu juga merupakan hak-hak dari manusia itu masing-masing menjawab hal tersebut.

Hidung, sebuah organ tubuh atau dapat juga disebut bagian dari tubuh yang dimiliki oleh (hampir) sebagian makhluk hidup, baik manusia atau hewan, yang menjadi tumpuan bagi makluk yang memilikinya untuk menghidu atau membau atau mencium aroma-aroma yang bertebaran di muka bumi. Terlepas bagaimana bentuknya, baik itu munculnya kedepan atau (agak) kebelakang, baik yang memiliki diameter lubang sebesar gundu ataupun sekecil pentul baju. Ah, terlepas bagiaman bentuknya yang pasti hidung (manusia) merupakan hak paten Sang Pencipta dan merupakan salah satu kesempurnaan bagi makhluk-Nya.

Kembali kepembahasan mengapa hidung menjadi bagian tubuh yang saya sukai, senangi, favoriti (agak maksa), dan terkadang menjadi hero dalam keseharian saya. Itu semua tak lepas dari peran hidung itu sendiri dalam menentukan langkah-langkah yang harus saya lakukan, atau bahkan menentukan tempat-tempat yang baik untuk saya.

Alkisah, hidung saya ini sangatlah sensitif terhadap yang namanya perubahan suhu dan/atau kebesihan suatu tempat. Jika pada suatu siang yang cerah nan terik disuatu tempat, lalu saya perlahan-lahan merasakan sensasi gatal dihidung dilanjutkan dengan bersin-bersin yang tak dapat dihentikan, itu merupakan suatu tanda tersendiri bagi saya - pribadi - bahwa tak lama setelah itu atau pada hari itu akan turun hujan. Ya meskipun tidak pernah ada sponsor yang mau membiayayai saya untuk melakukan penelitian yang lebih komprehensif dan mendalam, tapi sudah cukup bagi saya pribadi untuk menjadi warning signal akan kondisi alam yang saya sebutkan tadi. 

Hidung saya juga dapat menjadi sebuah pertanda bahwa suatu tempat dikatakan kurang bersih, yang lebih spesifiknya tempat tersebut berdebu atau berserakan serat kapas. Terkadang kita menemukan - saya ambil contoh - kamar yang sepintas terlihat bersih, dimana perangkat-perangkat di dalam kamar tersusun rapi, segala pakaian tergantung atau dilipat dengan rapi di dalam lemari, atau tumpukan buku-buku bacaan yang berjajar rapi, disana juga tidak terlihat adanya sampah-sampah sisa pemakaian yang berserakan. Namun, lain halnya dengan debu. Jenis kotoran ini terkadang tidak disadari menumpuk di bawah tempat tidur, lemari pakaian, atau dibalik jajaran rapi buku-buku, nah hidung saya biasanya dapat mendeteksi jenis kotoran ini jika ketika saya memasuki kamar - atau ruangan - seketika saya langsung bersin. Bisa jadi tempat tersebut mengandung debu-debu kotoran yang kasat mata dan/atau tak sempat dibersihkan sebelumnya.

Terlepas dari berbagai kontroversi yang diciptakannya, saya sendiri mengambil semua ini sebagai salah satu berkah dari yang Maha Kuasa, sehingga bisa menjadi semacan self-alert bagi saya ketika hendak berpergian atau berada pada tempat tertentu. Walaupun sesekali, saya mengalami false alarm, itu semua tidak menjadi hal bagi saya, yang namanya juga manusia pasti sesekali mengalami kesalahan/kekeliruan.

Adapun false alarm ini acapkali terjadi ketika saya baru menginjakkan kaki di tempat atau daerah yang baru. Mungkin sistem peringatan tubuh saya mengalami adaptasi terhadap tempat-tempat tersebut sehingga belum bisa mengukur perubahan-perubahan iklim di tempat tersebut. Seperti ketika saya kemarin tiba di Banda Aceh, pada hari jumat tersebut jadilah saya bersin sebersin-bersinnya (kalau bisa dikatakan demikian), dan harus istirahat - tidur - sejenak untuk menstabilkan sistem peringatan tubuh saya tersebut. Walaupun juga ketika siang harinya kota Banda Aceh dilanda hujan yang tidak begitu lebat. Dalam kasus lainnya juga seperti ketika saya diharuskan pulang dari Banda Aceh untuk kembali ke Kualasimpang dimalam selasa yang lalu, ketika hari selasa sudah mengakhiri jadwal peredarannya, dimalam rabu saya sudah merasakan gejala adaptasi sistem peringatan tubuh ini, dan pada akhirnya hingga hari ini saya masih mengalami proses adaptasi tubuh yang berlangsung agak lama dari biasanya, bahkan ketika saya sudah berusaha untuk mengistirahatkan - tidur - tubuh. Ya walaupun pada sore rabunya tempat saya benar-benar diguyur oleh curahan hujan.

Dan itulah sedikit cerita dan pemaparan mengapa saya menyenangi/menyukai bagian tubuh ciptaan Tuhan yang satu ini, sekalipun tidak ada niat saya untuk mengurangi sedikitpun rasa syukur kepada Tuhan atas semua nikmat yang diberikan-Nya kepada saya ataupun mendiskreditkan bagian tubuh lainnya, hanya saja (fitrah) saya sebagai seorang manusia memiliki kecenderungan untuk lebih menyukai suatu hal. So, There's (Nose) My Hero,

*Sampai saat ini saya masih belum bisa beraktivitas secara aktif seperti hari-hari biasanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guru Itu (Wajib) Wirausahawan

TOEFL iBT dan sebuah perkenalan dengan NAK

Melanjutkan Studi Doktoral dan (Kebimbangan) Memilih Topik Penelitian Bagian 1