TOEFL iBT dan sebuah perkenalan dengan NAK

Alhamdulillah, target tahunan saya tercapai dipenghujung tahun 2015 ini. Target-target tersebut, insyaAllah, akan saya ceritakan dilain kesempatan. Pada intinya keempat buah target tahunan saya satu persatu terangkai manis dalam perjalanan kehidupan saya.

Salah satu target saya dipenghujung tahun 2014 yang lalu adalah meningkatkan kemampuan bahasa Inggris. Tentu saja target ini beriringan dengan target selanjutnya untuk bisa melanjutkan studi magister di luar negeri. Pada akhir masa-masa kuliah sarjana dulu, saya sangat tertarik untuk melanjutkan studi di Finlandia atau New Zealand.

Saya ingat, ketika itu juga saya sedang sibuk berkorespondensi dengan pihak-pihak kampus di Finlandia dan NZ yang ingin saya tuju guna mendapatkan kepastian tentang admission. Salah satu syarat admission kampus-kampus tersebut apalagi kalau bukan hasil tes kemampuan berbahasa Inggris. Jadilah saya mempersiapkan jadwal belajar dan tes. Berhubung saya sudah kadung mempelajari dan mengikuti bahasa Inggris ala Amerika, saya melabuhkan pilihan untuk melakukan tes bahasa dengan TOEFL.

Sial, dengan pengetahuan yang masih minim dan dengan kebelaguan tingkat anak usia puber, saya salah mengartikan antara TOEFL ITP dengan TOEFL PBT. Saya sudah mendaftarkan diri untuk mengikuti tes TOEFL ITP, dan ketika saya melakukan korespondensi dengan pihak kampus, ternyata hasil TOEFL tersebut tidak dapat diterima. Saya pun membatalkan jadwal tes TOEFL ITP dan kemudian kembali menggali informasi tentang perbedaan-perbedaan tes bahasa Inggris dalam tubuh si TOEFL tu sendiri, dan membandingkannya dengan IELTS. Dan sampailah pada kesimpulan, saya harus memilih untuk mengambil TOEFL PBT (Paper-based Test) atau iBT (Internet-based Test).

Saya bingung!

Saya tidak pernah mengikuti tes bahasa Inggris sebelumnya. Apalagi harus memilih antara dua macam alien tersebut. Tak tau saya bagaimana bentuknya. Dan ketika saya menggali informasi tentang TOEFL PBT, ternyata tes tersebut tidak lagi tersedia di Indonesia, negara terdekat untuk melakukan tes tersebut adalah di Timor Timor.

Pada periode kebingungan ini, saya sedang sering-seringnya bolak balik Aceh Tamiang - Banda Aceh. Selain karena project-project di Rumah Inklusi Madani (RIM) yang saya lakukan di Banda Aceh, juga karena menghabiskan waktu senggang akhir tahun di rumah orang tua sepupu saya si Haekal. Dan memang si Haekal juga berkeinginan untuk melanjutkan studi magisternya. Ketika itu dia banyak mengenalkan saya dengan teman-temannya yang ingin lanjut studi magister bahkan tingkat doktor. Dengan kesempatan tersebut, jadilah saya mendapatkan berbagai masukan tentang tes bahasa Inggris yang akan saya ambil.

Saya mendapat kesempatan untuk kenal dengan bang Baiquni Hasbi, dan kebetulan dia juga akan mengikuti tes TOEFL iBT sebagai syarat mendaftar kampus yang ditujunya. Sedikit banyak saya mendapat informasi dari bang bai (sebutan sehari-harinya) tentang bentuk dari makhluk bernama TOEFL iBT ini.

Waktu saya untuk mempersiapkan segalanya tidak banyak.

Tenggat waktu dari pihak kampus Finlandia untuk melampirkan hasil tes bahasa adalah 14 Februari 2015, yup dihari "kasih sayang", pun begitu dengan kampus di NZ yang memiliki rentang waktu yang hampir berdekatan dengan Finlandia. Sedangkan saya baru mengerti apa itu TOEFL iBT dipenghujung desember 2014 serta membulatkan tekad untuk mengikuti tes pada 31 januari 2015.


ETS selaku penyedia tunggal tes TOEFL iBT ini, memiliki program berupa semacam tabel belajar yang lugas dan efektif sebagai tahapan mempelajari keempat materi tes tersebut. Mereka memberikan target kurang lebih dua bulan agar kita dapat menghadapi tes tersebut dengan baik.

Dan saya hanya punya sekitar 1 bulan.

Diwaktu-waktu sempit dalam mempersiapkan segala hal, mendapatkan dan mempelajari bahan belajar dari bang bai serta dari situs ETS, Haekal kemudian memperkenalkan saya dengan Nouman Ali Khan (NAK). Memang tidak secara langsung, Haekal cuma bilang "kalau mau belajar listening sama speaking, kau harus dengar ceramah ustadz Nouman di YouTube". Seketika itu juga saya mulai mencari materi-materi ceramah ustadz Nouman.

Jadilah saya memasukkan materi-mater dari NAK dan timnya kedalam program persiapan TOEFL iBT, lebih spesifiknya untuk bahan belajar listeing dan speaking. Saya "kesurupan" dalam artian yang sedikit berbeda dari kesurupan yang terjadi di sekitar kalian.


Bila ETS menyarakan porsi belajar 4 jam perhari, saya menggandakannya menjadi 8 sampai 10 jam perhari. Dengan pembagian porsi sejak shubuh menjelang hingga waktu tidur pun datang. Pun saya semakin kranjingan mendengar ceramah NAK setiap harinya, bahkan disela-sela waktu istirahat dari program belajar yang sudah didesain sedemikian rupa. Dan bagi saya, NAK  sangat membantu proses belajar listening dan speaking saya. Well, saya sedikit banyak menirukan metode NAK dalam berbicara. Untuk lebih jelasnya, kalian tanya saja keluarga saya bagaimana saya berbicara sendiri layaknya "orang gila" di dalam kamar. Hal ini juga terjadi karena kurang tersedianya teman belajar di daerah tempat saya tinggal.

Apakah cara-cara ini berhasil? Lagi-lagi saya hanya bisa mengatakan, Ya! Setidaknya bagi saya pribadi. Sebagai acuan, pada awal-awal januari 2015 saya mencoba untuk mengikuti tes TOEFL Prediction di Medan, tanpa sedikitpun mempelajari bahan tentang tes. Dan saya mendapatkan skor sekitar 430 atau 440an, saya lupa skor pastinya. Skor yang terlihat "bodoh" jika menjadi perbandingan untuk mengikuti tes perdana TOEFL iBT diakhir januarinya, pun pula harus mendapatkan hasil yang memungkinkan saya diterima disalah satu kampus tujuan.

Dan bagaimana hasilnya sejauh ini? Lagi-lagi puji syukur kepada Allah, akhirnya dengan hasil tes tersebut saya bisa diterima di Monash University, Australia. Serta mendapatkan pembiayaan studi magister dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Indonesia. Kenapa pada akhirnya Australia? Bagaimana bisa dengan LPDP? Yah, mungkin lagi-lagi kalian harus bersabar untuk mengetahui kelanjutan ceritanya ☺.

 
picture credit to http://noumankhan.com

Komentar

  1. ماشاء اللة . ممتاز :D strategi belajar three in one , english,arabic n iclude tsaqafah islam

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe, alhamdulillah. Padahal gak pernah terpikirkan sebelumnya.

      Terima kasih sudah berkunjung :)

      Hapus

Posting Komentar

Dipersilahkan tanggapannya

Postingan populer dari blog ini

Melanjutkan Studi Doktoral dan (Kebimbangan) Memilih Topik Penelitian Bagian 1

Rokok dan Saya