Dan Pantatpun Rata
Berada dalam perjalanan yang mengaharuskan saya duduk dengan sedikit ruang gerak memang benar-benar sangat menyiksa. Kurang lebih 470 km saya tempuh hari ini untuk dapat tiba di ibu kota provinsi Aceh, yakni Banda Aceh.
Bukan, bukan jarak yang 400an kilo itu yang menjadi masalah bagi saya. Karena saya sendiri penikmat jalan, dalam artian senang berjalan mengikuti arah angin berhembus. Namun kondisi ruang gerak yang hanya menyisakan kaki untuk ditekuk serta badan yang tidak bisa terlalu bebas bergerak yang membuat saya "mati kutu" - btw, saya tidak memiliki masalah rambut yang berkutu.
Kebiasaan yang saya lakukan untuk berjalan jauh adalah dengan menggunakan sepeda motor atau paling tidak menggunakan mobil pribadi, rental ataupun punya teman. Karena, jika merasa sedikit mengganjal dan kaku diaerah persendian dan tulang ekor, saya bisa segera menepi, menggerakkan badan sana sini, lalu tancap gas kembali.
Nah, kejadiannya kalau menggunakan angkutan umum tidaklah seperti itu. Disamping harus bisa tahan-tahan diri, saya juga harus mengikuti permainan si abang supir.
Alhasil, saya yang hampir 1 tahun belakang ini tidak pernah berpergian jauh dengan menggunakan angkutan umum mengalami nyeri didaerah persendian dan terlebih tulang ekor. Sayapun tidak bisa beristirahat dengan tenang, karena ketika akan terlelap seketika itu saya merasakan nyeri.
Seakan-akan bantalan busa yang saya duduki tidak memberikan pengaruh sama sekali untuk memberikan kenyamanan. Dan Pantatpun Rata, begitu kira-kira dalam pemikiran dan sensasi yang saya rasakan. Sebuah sensasi yang harus diterima sebagai sebuah konsekuensi, yang akhirnya mengantarkan saya berada di sini, di Banda Aceh.
Yah, bagaimanapun itu adalah sedikit ketidak nyamanan yang terasa, namun hati ini sedikit merasakan kelegaan karena dapat melakukan perjalanan - perantauan sementara - yang akan mengobati kerinduan saya akan petualangan. Bagaimanapun bagi saya yang senang menikmati berbagai ciptaanNya di muka bumi, perjalanan itu merupakan semacam obat yang sangat mujarab. Dan, semoga banyak kisah yang akan terjadi dan dapat saya tuangkan kembali kedalam sebuah cerita.
Namun, hai. Saya mengetahui dimana orang-orang sibuk memperebutkan sebuah kursi untuk bisa merasakan sensasi "Dan Pantatpun Rata" sehari-hari. Yah, bagaimanapun itu pilihan dan semoga mereka yang senang duduk itu tidak hanya bisa duduk ketika melihat banyaknya ketimpangan sosial di negeri ini, semoga?
Komentar
Posting Komentar
Dipersilahkan tanggapannya