Postingan

Hidup dan Beradaptasi

Gambar
Pivot. Kata ini pertama sekali saya dengar pada kegiatan bimbingan teknis, dari salah seorang penerima dana hibah alumni Australia di Jakarta. Beliau yang bergerak didunia “bisnis hijau” menjelaskan kalau pivot adalah hal yang biasa dilakukan dalam berbisnis. Merujuk pada KBBI, pivot dapat diartikan putaran, poros, atau berputar. Agak panjangnya, pivot diartikan sebagai sebuah aktivitas pengembangan bisnis dengan mengubah model bisnis, namun tetap berpijak pada visi yang dimiliki. Saya menyamakan pivot dengan beradaptasi, alias jeli dalam merespon rancangan cerita kehidupan yang dijalani. Dan beberapa bulan kebelakang, saya sedang pivot. Kilas balik pada penghujung bulan Agustus lalu. Saya pernah menulis artikel tentang peringatan satu tahun saya menjadi kepala sekolah berikut kisah masa pandemi yang dialami oleh keluarga saya. Pada bulan September, sepertinya para orang tua siswa di sekolah saya sudah merasa sangat jenuh dengan kegiatan Belajar dari Rumah (BDR) yang memang saya akui

1 Tahun Menjadi Kepala Sekolah dan Cerita Kehidupan Selama Masa Pandemi COVID-19

Per 1 Juli 2020 kemarin, genap satu tahun saya menjalani tugas menjadi kepala sekolah di SDIT Darul Mukhlishin . Dalam kurun waktu yang tidak begitu lama tersebut, banyak hal terjadi yang menambah pengalaman saya dalam merencanakan, mengatur, serta memimpin program pendidikan yang kami berikan dalam konteks sekolah dasar. Antusias untuk melakukan beragam pembaharuan kegiatan belajar dan pembelajaran, serta mengoptimalkan program baik yang sudah berlangsung juga berada pada tingkat yang sedang tinggi-tingginya. Namun, 15 Maret 2020 dimulailah kegelisahan pendidik, sehubungan dengan keluarnya Surat Edaran Pemda Aceh Tamiang terkait proses Belajar dari Rumah (BDR). Sebenarnya, tidak ada keberatan yang berarti dari pihak sekolah kami jika pembelajaran dilakukan secara daring selama dua minggu untuk memutus rantai penyebaran COVID-19. Bahkan, kami antusias membuat proyek BDR menggunakan metode daring secara penuh.  Di hari pertama BDR secara daring dilaksanakan, banyak respon positif dari o

Melanjutkan Studi Doktoral dan (Kebimbangan) Memilih Topik Penelitian Bagian 1

Apa kabar pembaca sekalian? Mudah-mudahan ditengah pandemi COVID-19, dan kebijakan pemerintah dalam pemutusan rantai penyebaran penyakit yang tidak konsisten ini, kalian dalam keadaan sehat walafiat. Pada artikel yang saya rencanakan untuk ditulis dalam dua bagian ini, saya hendak bercerita tentang rencana melanjutkan studi doktoral, atau lebih spesifiknya mengenai topik apa sebenarnya yang ingin saya teliti lebih lanjut. Jadi selain berguna untuk melihat sejauh mana pemikiran awam saya tentang dunia pendidikan ini, artikel ini lebih berguna untuk menyortir topik yang akan saya teliti, serta mengklarifikasi pikiran saya atas topik-topik tersebut.  Jadi, jika kalian merasa familiar dengan topik-topik ini dan mendapati kesalahan berpikir saya, mohon untuk dapat mengoreksinya, ya. Latar Belakang Pendidikan Saya Bagi kalian yang belum kenal, saya menyelesaikan sarjana keguruan dibidang Pendidikan Luar Biasa (PLB) , bidang yang berkaitan erat dengan ilmu mendidik siswa dengan disabilitas. S

Alumni Australia, Proyek Global, dan Menjadi Kepala Sekolah

Wah, sudah lama sekali saya tidak menulis diblog ini. Tulisan terakhir,  Seberapa Berani Kau Bermimpi,  yang bertanggal 29 Desember 2015 itu, adalah cerita terakhir yang saya bagikan sebelum saya memulai perkuliahan di Monash University, Australia. Soalnya, masa-masa belajar di Australia banyak dihabiskan untuk membaca dan menulis tugas kuliah, sih. Terutama tentang membaca. Saya rasa selama dua tahun kuliah di sana, jumlah bacaan saya baik yang bergenre ilmiah maupun tidak, jauh lebih banyak ketimbang empat tahun saya berkuliah sarjana. Jadi, saya sedikit memahami kenapa pemikiran-pemikiran hebat subur dan berkembangan di negara-negara bermazhab liberal arts seperti di Australia. Mari kita hitung secara matematis. Dijurusan Master of Education in Inclusive and Special Education  total ada delapan mata kuliah. Empat ditahun pertama dan sisanya ditahun kedua. Masing-masing mata kuliah memiliki jumlah tugas berupa esai akademik yang variatif.  Tapi, katakanlah, rata-rata satu mata

Seberapa Berani Kau Bermimpi,

Akhir-akhir ini, hujan sering melanda kampung halaman saya, bahkan per hari ini ketika jam 10 tadi suasana sudah seperti menjelang maghrib saja. Mungkin juga demikian di beberapa daerah di Nusantara. Beberapa waktu lalu , saya menulis mengenai kesempatan untuk mencapai target yang telah diberikan oleh Sang Maha Agung kepada saya. Ditulisan kali ini, saya ingin memaparkan tentang target-target tersebut.  Sebagai seorang manusia, sudah selayaknya kita menikmati hidup yang telah dikarunai Allah semaksimal mungkin. Bagi saya, ketika seseorang menjalani kehidupan dalam koridor kodratinya sebagai manusia, itu sudah cukup. Terlepas apakah dia masih merintis, membangun, menciptakan, apapun istilah dan bahasan yang tersemat kepadanya - untuk tidak melihat sosok manusia dalam sudut pandang materialis. Kalian pernah mendengar ungkapan "jangan terlalu tinggi mimpi, nanti kalau jatuh sakit." atau ungkapan-ungkapan semacamnya. Saya memandang, ada pesan berupa pesimistis terangka

TOEFL iBT dan sebuah perkenalan dengan NAK

Alhamdulillah , target tahunan saya tercapai dipenghujung tahun 2015 ini. Target-target tersebut, insyaAllah, akan saya ceritakan dilain kesempatan. Pada intinya keempat buah target tahunan saya satu persatu terangkai manis dalam perjalanan kehidupan saya. Salah satu target saya dipenghujung tahun 2014 yang lalu adalah meningkatkan kemampuan bahasa Inggris. Tentu saja target ini beriringan dengan target selanjutnya untuk bisa melanjutkan studi magister di luar negeri. Pada akhir masa-masa kuliah sarjana dulu, saya sangat tertarik untuk melanjutkan studi di Finlandia atau New Zealand. Saya ingat, ketika itu juga saya sedang sibuk berkorespondensi dengan pihak-pihak kampus di Finlandia dan NZ yang ingin saya tuju guna mendapatkan kepastian tentang admission. Salah satu syarat admission kampus-kampus tersebut apalagi kalau bukan hasil tes kemampuan berbahasa Inggris. Jadilah saya mempersiapkan jadwal belajar dan tes. Berhubung saya sudah kadung mempelajari dan mengikuti bahasa Inggri

“Short Time” di Kuala Lumpur

Gambar
Halo dunia, mencoba kembali menyapa dunia tulis menulis maya. Akhir-akhir ini saya kembali tenggelam dalam aktivitas persiapan jenjang masa depan ( duileh! ) dan menghabiskan waktu saya dengan membaca saja. Rasa-rasanya setelah melihat berbagai fakta kehidupan, saya merasa sedikit minder untuk menulis. Cakrawala ilmu dan pengetahuan serta pengalaman dunia memang tak akan pernah ada habisnya, subhanallah. Untuk memulai tulisan pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi sedikit kisah “short time”   yang saya lakukan dengan dengan istri saya. Wait a minute! Yeah, I’ve been married. Dan nantinya, saya akan menceritakan kisah pernikahan tersebut dilain waktu☺. By definition , short time kira-kira dapat diartikan sebagai waktu singkat. Bukan, saya tidak akan menceritakan tentang short time yang “itu”, tentunya bukan karena saya dan istri tidak menyukainya ☺. Akan tetapi, kali ini saya akan menceritakan tentang pengalaman kami melakukan travelling bersama. Setelah menikah, terc