Eigerku hilang, Eigerku malang

Wuih, gara-gara terlena dengan yang katanya Tahun Baru, saya sampai-sampai lupa untuk memberikan sepatah duapatah postingan diblog ini. Ya berhubung juga dengan kondisi tubuh yang naik turun bagaikan mood seorang bipolar, dari fit ke titik drop terendah. Ya, saya sakit, cukup lama.

Sebelum pergantian tahun, saya menyempatkan untuk pergi (lagi) ke Banda Aceh, guna menghadiri pernikahan kakak sepupu saya, yang diadakan tanggal 22 desember 2013 silam. Setelah sedikit banyak membantu persiapan dan kesiapan ketika hari H tiba, keesokan harinya saya terserang demam. Suhu tubuh berangsur menanjak hingga titik, aah saya lupa berapa tepatnya angka yang tercantum ditermometer, yang jelas saya panas tinggi. Kontan kondisi tubuh dan kesiapan fisik saya turun drastis, hingga titik terendah yang menyebabkan saya berada di pulau latex berhari-hari. 

Niatan serta sedikit rencana yang telah saya susun sebelumnya untuk dilaksanakan seketika itu buyar, tanpa rekam jejak. Alhasil saya hanya menikmati nyeri, bersuhu tinggi di dalam kamar.

Sudah, mungkin sekian beberapa pengantar mengenai artikel yang akan saya tulis kali ini. Dan (lagi) kali ini, pemaparan diatas tidak berkaitan sama sekali dengan artikel berikut.

Alkisah, beberapa hari setelah saya mendekap demam tinggi, kondisi saya sedikit pulih, dengan suhu tubuh yang sudah menurun, hari kamis tepatnya. Jadilah saya berkeinginan untuk meneguk segelas kopi hitam panas yang telah tiga hari absen dari keseharian saya lantaran saya demam. Jadi berangkatlah kami, saya dan sepupu saya, untuk ngopi. Namun, sebelumnya kami melaksanakan shalat ashar terlebih dahulu di Masjid Oman, di daerah Lamprit, Banda Aceh. Masjid yang megah dan juga indah, merupakan hasil budaya dan rasa manusia yang memiliki nilai estetika tinggi, berkali-kali saya dan sepupu saya melaksanakan shalat fardu di masjid ini.

Seperti biasa saya, dan sepupu saya tentunya, meletakkan sandal masing-masing di tempat sandal dan sepatu yang telah disediakan oleh pengurus masjid, selanjutnya kami ke tempat wudhu. Sepantasnya, setelah berwudhu kami langsung masuk ke dalam masjid untuk melaksanakan shalat fardu, tak lupa shalat sunnah juga dikerjakan untuk menyempurnakan ibadah fardu yang sebentar lagi kami jalankan.
Ilustrasi sandal Eiger
Setelah segala urusan dengan Tuhan kami selesaikan, kamipun beranjak pergi keluar dari masjid, langsung menuju tempat sandal. Begitu tiba di tempat tersebut, saya terkejut, saya berpikir dua kali untuk mengingat dan menimbang apakah saya menempatkan sandal saya di tempat yang saya hampiri, apakah sebelumnya saya tidak memindahkan letak sandal tersebut, dan sebagainya. Tersadar dari lamunan, sayapun berseru kepada sepupu saya "sandal aku ilang", saya berkata.

"ah, yang benar. Salah taruh nggak?", timpal sepupu saya.

"enggak, yakin aku taruh disini dan disini",saya kembali menimpali.

Saya - dan anda barangkali - terbiasa untuk meletakkan sandal secara terpisah, hal ini guna meminimalisir akan kehilangan alas kaki, yang sayang seratus ribu kali sayang, lazim terjadi di masjid-masjid. Saya meletakkan sandal didua buah tempat sandal yang terpisah, namun tetap saja, sandal saya hilang disore itu.

Lantas, sepupu saya berseloroh "mungkin pencurinya sering ngaskus, soalnya anak-anak kaskus suka pake trik kek gitu kalo simpan sandal di masjid, haha" timpalnya.

Saya yang sudah gregetan, gemas dan geram mau berkata apalagi, selain membalas kalimat tersebut dengan tawa juga, lepas sudah rezeki saya akan sandal tersebut, mungkin teguran bagi saya, atau mungkin hanya kesempatan yang diambil oleh sang pencuri sandal tersebut untuk "menyelamatkan" sandal eiger saya.

Benarlah tahan lama eiger ini, dulu saya sering berpikir kenapa orang mau membeli sandal yang terhitung agak mahal ini, padahal kalau hanya alas kaki banyak sandal-sandal yang beredar dipasaran dengan harga yang lebih (agak) murah. Namun, sekarang saya tahu dan merasakan sendiri alasannya. Sudah banyak kenangan saya dengan mengenakan sandal tersebut, mulai dari kegiatan tracking yang biasa saya lakukan ketika menikmati alam, kegiatan touring bermotor lintas kota atau provinsi, hingga kegiatan remeh temeh harian lainnya.

Dan sampailah saya kepada sebuah kesimpulan, bahwa hanya ada dua alasan kenapa seseorang akan mengganti alas kaki/sandal eiger yang dimilikinya. Pertama, karena sandal tersebut sudah habis masa pakai, yang menurut saya bisa bertahun-tahun lamanya, sandal saya sendiri telah menemani sepasang kaki ini hampir kurang lebih 7 bulanan, dengan tingkat pemakaian tinggi dan lintasan perjalanan yang terkadang mendaki gunung menuruni tanjakan. Kedua, ya itu, karena banyaknya peminat sandal tersebut, meskipun cara mendapatkannya secara ilegal, PenDal atau pencuri sandal saya menyebutnya. Bisa jadi sih, si pelaku sudah berusaha membeli sandal tersebut di gerai-gerai terkait, namun ya mungkin aja sandalnya lagi out of stock alias habis stok, ya mumpung lagi ada yang nganggur di tempat sandal masjid ya "diselamatin" aja deh. Bisa jadi loh ya.

Yah, bagaimanapun Eigerku hilang, Eigerku malang. Dan setelah kejadian tersebut saya sempat "bertelanjang" kaki ria mengitari jalanan Banda Aceh menuju gerai eiger yang berada di kota tersebut, untuk membeli sepasang sandal eiger (lagi). Jika ada diantara pembaca budiman nan rupawan sekalian yang sempat melihat dua orang lelaki berkendara di kota Banda Aceh - pada tanggal 19 desember 2013 silam sekitar jam setengah limaan - dan sang penumpang tak memakai alas kaki, ya benar itu saya!

Semoga kali ini rezeki saya bisa bertahan hingga habis masa guna sandal ini, amin ya rabb. Dan belajar dari pengalaman saya, trik memisahkan sandal sudah out of date. Saran saya bawa rantai dan gembok untuk lebih berjaga-jaga dari tindak pencurian sandal, waspadalah waspadalah! *baca koran waspada*

Nb: FYI, those who don't know what kaskus is, it's an Indonesian net forum. it's not a toilet! 

Komentar

  1. masukkan plastik taruh di tas yang iyanya biar aman :p

    BalasHapus
  2. Ada pertemuan, maka ada perpisahan. haha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha, benar bgt itu bro.. tapi ya berharap perpisahannya baek2 lah gitu, pake izin, kan enak kita.
      thanks :)

      Hapus

Posting Komentar

Dipersilahkan tanggapannya

Postingan populer dari blog ini

Melanjutkan Studi Doktoral dan (Kebimbangan) Memilih Topik Penelitian Bagian 1

Hidup dan Beradaptasi

Rokok dan Saya