Olimpiade, Persiapan Atau Kejar Tayang?
Huaaah...!!! Mungkin itu sebuah kata yang bisa membantu saya untuk mengungkapkan segenap perasaan yang ada dalam benak pikiran selama seminggu kebelakang. Betapa tidak, (cukup) banyak kegiatan yang saya lakukan dalam satu minggu ini yang menguras tenang, pikiran, kesehatan mental dan jiwa (nah!)
Perasaan yang tercipta juga beragam, senang, puas, lemas, dan ah begitulah tidak sedap rasanya mengungkapkan dengan beberapa rangkaian kata, biarlah itu semua menjadi rahasia saya (hoho).
Dimulai dari kegiatan solo-riding yang mengawali minggu ini, menjadi supir buat kegiatan (sekolah) ayah selama sehari semalam dipertengahan minggunya, hingga pada hari ini sukses (membantu) penyelenggaraan sebuah seleksi olimpade matematika yang diselenggarakan oleh Turkey Billingual School, yang juga dikenal dengan Fatih atau juga PASIAD, Banda Aceh.
Dalam pembahasan kali ini, saya ingin membahas dan meninjau kegiatan yang diadakan tersebut, syarat manfaat!
Selebaran Kompetisi Matematika |
Saya dan seorang teman, sebut saja Heri, yang merupakan warga lokal asli berdomisili di Aceh Tamiang, kedatangan tamu yang merupakan salah seorang staf pengajar di sekolah tersebut yang menjadi project manager untuk berlangsungnya acara tersebut, sebut saja bernama bro mun. Selang beberapa hari bro Mun tiba di tanah Tamiang, datanglah seorang warga Turki (asli) domisili Banda Aceh, yang merupakan staf pembina di asrama sekolah Fatih Putra, kami memanggilnya Semir Temir.
Pada awalnya, saya diberitahukan oleh abang sepupu, bahwa temannya si bro mun, akan datang ke Tamiang, dan saya diminta untuk menemaninya. Prihal akan melakukan kunjungan ke rumah muridnya yang berasal dari Seruway. Setelah saya melihat daily list (sah!) sebelumnya, dan memastikan kalau tak ada halangan yang merintang, sayapun mengiyakan permintaan abang sepupu saya tersebut. Setelah bercengkrama panjang, akhirnya saya diberitahukan jika maksud dan tujuannya ke Tamiang juga untuk mengembang sebuah misi, yakni utamanya adalah mempromosikan sekolah tempat dia mengajar dan mengadakan seleksi kompetisi/olimpiade matematika, yang disponsori penuh oleh sekolah tersebut.
Dan tepatnya pada hari ini, setelah melewati beberapa hari untuk mempersiapkan mental, jiwa, dan raga (nah!) kamipun menyelenggarakan kegiatan tersebut. Cukup sukses - jika tidak dapat dikatakan sukses dengan sempurna - mengingat kami yang hanya berempat ini, yang merupakan panitia lokal (dadakan), dapat terbantu dengan segenap partisipasi guru-guru yang menjadi pengawas ujian dan pendamping murid-murid sekolah yang diundang, tingkat SD dan SMP.
Ada beberapa poin yang dapat saya petik dalam rangka penyelenggaran kegiatan ini. Poin yang teramat penting yang dapat saya paparkan adalah mengenai (kurangnya) kesiapan murid-murid yang mengikuti kegiatan ini - walaupun mereka antusias. Kenapa saya katakan demikian? Sebab, mereka diikutsertakan oleh pihak sekolah karena pihak sekolah 'merasa' mereka mampu untuk mengikuti kegiatan tersebut, padahal sebagian dari murid-murid tersebut merasa mereka - sama sekali - asing dengan soal-soal tersebut. Karena, ya, soal-soal yang diujikan dalam sebuah olimpiade, matematika misalnya, (biasanya) tidaklah sama dengan soal-soal yang mereka bahas dalam pelajaran sehari-hari. Sangat disayangkan hal tersebut terjadi. Padahal, sejatinya murid-murid ini mampu untuk mengerjakan soal-soal tersebut, atau minimal tidak merasa asing dengan soal-soal tersebut, jika mereka sudah mendapatkan persiapan 'bertempur' sebelumnya.
Kata kunci mampu disini dapat tercapai jika saja mereka mendapatkan persiapan yang matang, jauh hari sebelum acara serupa dilaksanakan. Jika tidak dapat menciptakan 'camp konsentrasi' belajar spesifik, sejatinya bisa saja mereka mendapatkan program ekstrakurikuler berupa kelas-kelas persiapan menuju olimpiade yang diselenggarakan - sabtu atau minggu misalnya.
Mengenai 'camp konsentrasi', bro mun menjelaskan kepada saya bahwa di sekolah Fatih tempat dia mengajar tersedia 3 buah eks-skul yang dapat kita sebut sebagai 'camp konsentrasi' belajar, yakni camp UAN, camp olimpiade, dan camp OSIS. Diadakan dengan sebelumnya memberitahukan kepada siswa-siswa yang condong berminat kearah mana siswa nantinya. Sehingga ketika kegiatan serupa - olimpiade misalnya - diadakan, murid-murid sudah tidak asing lagi bahkan guru dapat memilih murid-murid yang memiliki kemampuan yang sudah teruji kredibilitas dan kapabilitasnya, karena telah 'diasah' sebelumnya.
Selayaknya, ini dapat juga dilakukan oleh Pemerintah Aceh Tamiang cc Dinas Pendidikan Aceh Tamiang, selaku ujung tombak dalam pembuatan kebijakan dan peningkatan kualitas pendidikan di Aceh Tamiang khususnya. Jika belum mampu untuk membuat kebijakan dengan menciptakan 'camp konsentrasi' tersebut, dapat saja diberitahukan kepada sekolah-sekolah untuk mengadakan eks-skul - yang diadakan setiap jumat dan sabtu misalnya - khusus untuk persiapan calon peserta olimpiade, tidak hanya matematika saja, juga olimpiade-olimpiade lainya, sehingga ketika waktu 'perang' tiba, murid-murid sudah memiliki gudang amunisi berikut artileri guna menghadapi 'perang' tersebut. Sehingga, nantinya, olimpiade merupakan sebuah persiapan nan matang dan tidak hanya sekedar hasil kejar (sehari) tayang yang kurang, yaah, begitu memuaskan.
PR besar untuk Dinas Pendidikan? Tidak! Tentunya juga bagi segenap pendidik yang memiliki visi serta misi memajukan pendidikan (Aceh Tamiang), untuk memupuk bibit-bibit muda tersebut hingga mereka matang, ranum, dan siap untuk 'dijual' dipasaran. Pasaran intelektual muda, yang bersaing dengan naluri kompetisi sportif, bermartabat, serta berlogika.
Nb: Sekolah Fatih merupakan salah satu sekolah yang menyediakan asrama bagi siswanya, yang juga terpisah jarak dan gedung sekolah antara Fatih Putra dan Fatih Putri. Saya menganalogikan para murid di sekolah Fatih ini adalah antara mereka yang sangat kaya dan mereka yang sangat pintar! Setidaknya menurut saya.
Nbb: (Sebagian) orang Turki tidak begitu suka berbasa-basi, to the point ajalah (menurutnya).
Komentar
Posting Komentar
Dipersilahkan tanggapannya