Kau berkuasa, kau bebas sesukanya.

Wiuuuw...wiiuuuwww... Terdengar sirene dari kejauhan arah depan saya bermotor ria tepat beberapa meter dari ujung lampu merah, ketika itu lampu sudah mengkodekan bagi pengendara didepannya untuk dapat melaju. Akan tetapi, beberapa pria berseragam, lengkap dengan walkie-talkie, helm, kaca mata, pluit dan senjata melambaikan tangan keatas dan memberi isyarat untuk tidak melaju dahulu.

Dari belakang bapak berseragam, muncul iring-iringan mobil yang melaju kencang, diiringi oleh beberapa mobil petugas penjaga keamanan didepannya. Sontak saya menekan pedal rem motor yang saya kendarai karena melihat isyarat dari petugas didepan saya yang berjarak 3 meteran.

Dan iringan mobil tersebut melaju, menerobos hingar-bingar para pengendara dengan mengacuh-mampuskan isyarat lampu merah didepannya, sementara pengendara lain diharuskan untuk berhenti-mengambil sikap-seakan mereka yang lewat adalah "raja".

Mungkin, bukan hanya saya yang pernah melihat dan merasakan sensasi kasus di atas-anyone?-apalagi, ketika ada keperluan yang sifatnya urgent, iring-iringan tersebut cukup menyita beberapa waktu dan sedikit menghambat kelancaran aktivitas kita-atau hanya saya?

Namun, bukan masalah sedikit waktu yang tersita yang menjadi persoalan. Disini, dalam konteks ini, dalam situasi dan kondisi yang seperti ini, mereka telah menodai kedisiplinan dan kepatuhan serta aturan dan etika berkendara yang mereka buat dan jaga! Lain cerita jika mereka sedang mengangkut pasien kritis kanker otak stadium IV komplikasi disertai jantung koroner dan kanker serviks, mungkin alasan tersebut masih bisa saya terima-kecual dari pihak medis?- namun, yang terjadi adalah orang-orang yang lewat tidaklah mengidap suatu penyakit, katakan saja flu. Tidak sedikitpun, bahkan mereka nyaman dengan fasilitas plat merah yang menghembuskan air conditioner selama mereka berada di dalam perjalanan.

Hingga tak terasa suasana panasnya kota, debu yang menusuk hingga membuat sistem pernapasan terganggu, hingga gerah akibat keringat yang mengucur karena harus bertatap muka dengan sinar matahari-Nya.

Dalam kondisi yang sifatnya non-emergensi atau gawat darurat, status hukum berada pada tingkat teratas yang wajib dipatuhi oleh segenap manusia dalam kehidupan kita sebagai manusia yang menjunjung hukum sebagai pedoman dalam bernegara. Tidak ada yang dapat melebihi kuasa hukum, bahkan penegak hukum itu sendiri wajib mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh hukum!

Jadi, apa pembenaran yang diajukan oleh bapak-bapak yamg mengerti dan notabene menegakkan hukum namun dilain pihak melanggar hukum itu sendiri? Adakah suatu pembenaran yang dapat diajukan untuk dapat melanggar hukum tersebut? Bagaimana ingin menciptakan sadar hukum lalu lintas bagi warganya, jika penegak dan pemimpinnya sendiri yang mencontohkan pelanggaran lalu lintas tersebut?

Mungkin, apakah dengan kau berkuasa, kau bebas sesukanya?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melanjutkan Studi Doktoral dan (Kebimbangan) Memilih Topik Penelitian Bagian 1

TOEFL iBT dan sebuah perkenalan dengan NAK

Hidup dan Beradaptasi