Seberapa Berani Kau Bermimpi,

Akhir-akhir ini, hujan sering melanda kampung halaman saya, bahkan per hari ini ketika jam 10 tadi suasana sudah seperti menjelang maghrib saja. Mungkin juga demikian di beberapa daerah di Nusantara.

Beberapa waktu lalu, saya menulis mengenai kesempatan untuk mencapai target yang telah diberikan oleh Sang Maha Agung kepada saya. Ditulisan kali ini, saya ingin memaparkan tentang target-target tersebut. 

Sebagai seorang manusia, sudah selayaknya kita menikmati hidup yang telah dikarunai Allah semaksimal mungkin. Bagi saya, ketika seseorang menjalani kehidupan dalam koridor kodratinya sebagai manusia, itu sudah cukup. Terlepas apakah dia masih merintis, membangun, menciptakan, apapun istilah dan bahasan yang tersemat kepadanya - untuk tidak melihat sosok manusia dalam sudut pandang materialis.

Kalian pernah mendengar ungkapan "jangan terlalu tinggi mimpi, nanti kalau jatuh sakit." atau ungkapan-ungkapan semacamnya. Saya memandang, ada pesan berupa pesimistis terangkai dalam kalimat tersebut. Saya menyesal, hingga kini hal tersebut masih dibuahi oleh masyarakat.

Pada oktober lalu, saya mengikuti kegiatan pembekalan beasiswa oleh LPDP. Kami menyebutnya Persiapan Keberangkatan (PK). Alhamdulillah, saya berkesempatan untuk tergabung di Ancala Diwangkara (PK-42). Selama PK, banyak hal-hal menakjubkan yang saya dapatkan, hingga kembali menyadarkan betapa tak berdayanya diri ini jika disandingkan dengan hamparan samudera hikmah Sang Pencipta.

Saat PK, gaung-gaung untuk bermimpi tinggi sering dipropagandakan, pun mendengar testimoni-testimoni teman-teman narasumber dan awardee yang teramat menakjubkan. Diri ini kembali kepada gairah bermimpi seluas semesta.

Tahukah kalian, jika sekalinya mimpi yang tinggi tersebut belum bisa diraih? Minimal, kita bisa menapaki sedikit tingkat dibawah mimpi tersebut. Contoh konkretnya, anggapalah kalian memiliki mimpi untuk bisa berlari mencapai lantai gedung 100 lantai dalam 1 jam. Selemah-lemahnya usaha yang kalian berikan, setidaknya dalam 1 jam kalian pasti semakin dekat ke lantai 100, bukan? Saya juga berpikir itu berlaku juga untuk mimpi lainnya, bahkan yang terabstrak sekalipun.

Pada Juli 2014, saya merumuskan tiga buah resolusi kehidupan, hingga akhir masa saya diberikan kenikmatan hidup. Dari resolusi besar itu, saya menuliskan sekitar empat buah target tahunan guna mencapai mimpi utama itu. Pertama, saya menuliskan untuk meningkatkan kampuan wirausaha saya. Saya pernah menuliskannya disini dan disini. Singkat cerita, project-project saya belum menemukan masa kejayaannya. Dan karena Tuhan itu Maha asyik, maka "ditakdirkan" lah saya sekarang untuk menggeluti bidang usaha foto copy dan alat tulis kantor. 

Target selanjutnya berjalan beriringan dan saling melengkapi. Saya ingin meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dan melanjutkan studi magister di luar negeri. Secercah pemaparan akan hal tersebut telah saya tuangkan ditulisan sebelumnya.

Dan target yang menurut saya sangat prestisius. Apalagi kalau bukan karena target tersebut berkenaan dengan tujuan akhir kehidupan seorang anak cucu adam, yakni melengkapi setengah agama-Nya. Saya menikah! Ini merupakan titik tolak dari serangkaian mimpi yang saya coba tata sejak beberapa tahun yang lalu, yakni menikah muda. Waaah, cerita menikah ini mungkin lagi-lagi harus dipaparkan dalam sebuah tulisan tersendiri, karena begitu gemah ripahnya segala macam teori dan kondisi yang melatar belakangi kejadian tersebut.

Well, begitulah sekiranya perjalanan target tahunan saya hingga 2016. Dan, sudah tiba pula menyematkan target periode 2016/2017. Semoga target-target tersebut dapat kembali saya rangkai dalam sebuah cerita kehidupan, InsyaAllah.

Oh iya, sebelum mendekati akhir tulisan ini, apakalian sadar judul tulisan ini bukan sebuah kalimat utuh? Saya sengaja menulis demikian, karena  saya ingin mengakhirinya dengan menuliskan kalimat pelengkapnya.Yakni: "dan Seberapa Berani Kau Berusaha Merealisasikan Mimpi-Mimpimu itu!" Saya percaya, mimpi yang baik haruslah ditindak lanjuti dengan aksi.

Ada sebuah petuah yang sangat menarik, "jika kenyataan tidak seindah mimpimu. Maka, ganti kenyataanmu, tidak dengan mimpimu!"☺.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melanjutkan Studi Doktoral dan (Kebimbangan) Memilih Topik Penelitian Bagian 1

TOEFL iBT dan sebuah perkenalan dengan NAK

Rokok dan Saya