“Short Time” di Kuala Lumpur

Halo dunia, mencoba kembali menyapa dunia tulis menulis maya. Akhir-akhir ini saya kembali tenggelam dalam aktivitas persiapan jenjang masa depan (duileh!) dan menghabiskan waktu saya dengan membaca saja. Rasa-rasanya setelah melihat berbagai fakta kehidupan, saya merasa sedikit minder untuk menulis. Cakrawala ilmu dan pengetahuan serta pengalaman dunia memang tak akan pernah ada habisnya, subhanallah.

Untuk memulai tulisan pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi sedikit kisah “short time”  yang saya lakukan dengan dengan istri saya. Wait a minute! Yeah, I’ve been married. Dan nantinya, saya akan menceritakan kisah pernikahan tersebut dilain waktu☺. By definition, short time kira-kira dapat diartikan sebagai waktu singkat. Bukan, saya tidak akan menceritakan tentang short time yang “itu”, tentunya bukan karena saya dan istri tidak menyukainya☺. Akan tetapi, kali ini saya akan menceritakan tentang pengalaman kami melakukan travelling bersama. Setelah menikah, tercatat telah dua kali kami melakukan travelling, atau lebih tepatnya budget travelling, saya juga tidak akan membahasa tentang ­berbagai silang pendapat terhadap definisi tersebut, yang jelas kami melakukan travelling dengan perencaan keuangan minim untuk mendapatkan pengalaman sebanyak-banyaknya☺.

Travelling kami yang pertama adalah setelah acara resepsi di rumah saya ke Pulau Weh, Aceh. Berikutnya adalah perjalanan yang kami lakukan ke Kuala Lumpur, Malaysia yang kami lakukan pada Rabu hingga Sabtu pekan lalu. Sebenarnya, kami tidak memiliki rencana khusus untuk travelling ke sana. Inisiatif ini timbul ketika saya melihat beberapa promo diemail dan beberapa situs penyedia layanan bepergian, baik luar dan dalam negeri. Singkat cerita, kami mendapatkan harga-harga menarik sehingga ketika saya mengutarakan ide untuk melakukan travelling, istri saya serta merta mengaminkannya. 

Maka dirabu pagi tersebut bermulalah perjalanan kami, 

Rabu, 28 Oktober 2015
Kami mengambil jalur penerbangan Medan (KNO) - Kuala Lumpur (Klia2) pada hari tersebut. Karena, jarak rumah kami di Aceh Tamiang - Medan itu hanya berselang 3 Jam dalam waktu normal. Sebelum berangkat saya banyak bertanya dengan beberapa teman yang memiliki pengalaman, atau tinggal di Malaysia. Dan akhirnya, saya berkenalan dengan Resa, salah seorang awardee LPDP asal dari Aceh digrup Whatsapp yang sedang melakukan studi master di sana. Setelah banyak bertanya ini itu mengenai akomodasi di Kuala Lumpur, akhirnya saya mendapatkan "tour guide" selama disana hehe.

Terima kasih juga atas kemudahan transportasi di Kuala Lumpur yang sudah terintegrasi sedemikian rupa sehingga saya dapat mengakses berbagai kemudahan transportasi dalam genggaman saya.

Setibanya di Klia2, saya langsung mengambil bus jurusan Puduraya, dalam benak saya demikian. Karena penginapan saya terdapat kata "Pudu"nya. Namun, ternyata saya salah, penginapan saya malah lebih dekat dengan daerah Bukit Bintang, hanya 10 menit jalan kaki dari sana. Setelah bertanya, saya menyambung dengan sejenis shuttle bus ke hotel tersebut. Sesampainya di Hotel, ternyata Resa kebetulan berhalangan untuk bertemu dihari itu. Jadilah sampai siang hari kami leyeh-leyeh di Hotel, sembari memainkan melodi bak seorang komposer yang dihadiri oleh perabotan serta furnitur di kamar itu☺.


Selama di Hotel, saya tidak menyia-nyiakan koneksi internet yang disediakan hanya untuk streaming video HD di YouTube. Saya menelusuri berbagai wahana serta titik-titik wisata yang berada didekat penginapan saya. Ditindaklanjuti dengan bertanya ini itu kepada tour guide kami, akhirnya kami memutuskan untuk berjalan ke Bukit Bintang, tepatnya di Alor, untuk menikmati tawaran ragam kuliner yang tersedia di sana. 
Pesanan makanan kami disore itu
Setelah mengunduh peta rute GoKL dan membandingkannya dengan maps dari Google, kamipun beranjak menuju salah satu landmark Kuala Lumpur itu sendiri, yakni Petronas Twin Towers. Dengan Melayu seadanya, kami memberanikan untuk memastikan rute kepada pihak-pihak terkait seperti satpam salah satunya hehe.

Tak lupa pula seluruh episode ekspedisi tersebut kami lakukan hampir sebagian besar dengan berjalan kaki, ya, Kuala Lumpur sangat ramah bagi pejalan kaki. Salah satu aturan main lainnya yang saya peroleh selama ekspedisi hari itu adalah belilah air ditempat-tempat penyedia air publik, teramat murah, hanya dengan 10 sen kita bisa hampir memenuhkan botol air minum 1 liter.

Sampai di hotel sepertinya sudah agak larut, namun sepertinya waktu tersebut adalah waktu dimana para pekerja di daerah Kuala Lumpur untuk pulang. Maka perjalanan kami ke Hotelpun masih banyak ditemani oleh para pekerja, wisatawan, dan pejalan kaki lainnya. Dengan begitu berakhir pulalah ekspedisi kami dihari itu, pengalaman hari pertama yang menyenangkan.

Sebenarnya sangat menyenangkan melihat berbagi makanan yang ditawarkan disana, jika anda non Muslim tentunya, karena banyak makanan disana berkategori non-Halal. Bagi anda yang memperhatikan kode ini, mungkin anda tidak terlalu suka makan di daerah tersebut. Tetapi, setelah menyusuri jalan Alor dari hulu ke hilir, kami memutuskan untuk makan dideretan toko penjual makanan Halal di sana, kalau saya tidak salah yang menjual agak ke-India-an gitu.

Setelah puas menyantap hidangan, kamipun melanjutkan perjalanan mengelilingi daerah Bukit Bintang dan sekitarnya, hingga kami berada di salah satu sudut tempat pemberhentian bis, GoKL tepatnya. Kembali kemasalah transportasi, pemerintah Kuala Lumpur sangat mumpuni dalam mengayomi kebutuhan para turis berdompet mepet untuk mendapatkan pengalaman secara maksimal di negara tersebut. Salah satunya GoKL ini, seluruh rute yang dibedakan oleh warna Biru, Ungu, Hijau, Merah dapat dinikmati secara gratis! Beragam kebutuhan transportasi publik seperti bis non-gratis juga ditawarkan dengan harga yang sangat murah, begitu juga untuk monorel dsb.

Tak lama, sekitar 10 menit dari sudut pemberhentian bis tersebut kamipun tiba di daerah yang dituju, Petronas Twin Towers. Kebetulan pemberhentian bis itu berada di belakang gedung pencakar langit tersebut, dan kebetulan kami sempat menyaksikan atraksi kolam bergoyang -jika demikian sebutannya- karena air kolam tersebut akan memancar, meliuk-liuk, bergoyang dan berhenti mengikuti lagu yang diputar melalui megafon. Sayang kami tak sempat mengabadikan momen tersebut karena kami larut dalam pertunjukan hebat itu, pun begitu ratusan pasang mata lainnya.

Setelah puas menghabiskan waktu dengan menatap atraksi itu, kamipun mulai untuk berkodak ria di belakang dan di depan gedung. Banyak wisatawan lain, bahkan penduduk lokal yang melakukan hal serupa. Terlebih karena pemandangan yang ditawarkan sangat membahana!

Puas menikmati dan mencari sudut-sudut asik untuk mengabadikan momen, kamipun berlalu pulang ke penginapan. Setelah sebelumnya membeli beberapa kebutuhan disalah satu super market di daerah Bukit Bintang. Dan sepertinya berbelanja di super market sangat bermanfaat bagi para budget travellers, karena harga yang ditawarkan jaaauuuhh berbeda dengan mini market yang berjejer di sepanjang jalan mata memandang.

Tak lupa pula seluruh episode ekspedisi tersebut kami lakukan hampir sebagian besar dengan berjalan kaki, ya, Kuala Lumpur sangat ramah bagi pejalan kaki. Salah satu aturan main lainnya yang saya peroleh selama ekspedisi hari itu adalah belilah air ditempat-tempat penyedia air publik, teramat murah, hanya dengan 10 sen kita bisa hampir memenuhkan botol air minum 1 liter. 

Sampai di hotel sepertinya sudah agak larut, namun sepertinya waktu tersebut adalah waktu dimana para pekerja di daerah Kuala Lumpur untuk pulang. Maka perjalanan kami ke Hotelpun masih banyak ditemani oleh para pekerja, wisatawan, dan pejalan kaki lainnya. Dengan begitu berakhir pulalah ekspedisi kami dihari itu, pengalaman hari pertama yang menyenangkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melanjutkan Studi Doktoral dan (Kebimbangan) Memilih Topik Penelitian Bagian 1

TOEFL iBT dan sebuah perkenalan dengan NAK

Rokok dan Saya