Bermodalnya Sebuah Ide atau Gagasan!

Kemarin, hari ahad, dipagi nan cerah juga ditemani oleh cahaya matahari nan gagah, saya dan ayah saling bertukar argumen. Kejadian ini berlatarkan sebuah kandang sapi dan gubuk tempat pengembala menjaga sapi-sapinya tersebut, dalam artian yang sebenarnya. Ya, kami berlaga kata di kawasan kandang sapi! Jika ditelusuri rekam jejaknya mengapa kami tiba di tempat tersebut, yaitu tak lain dari sebuah project wirausaha yang sedang saya garap. Di tempat itu, kami berdua mengumpulkan pupuk kandang untuk nantinya dibawa pulang. Dan dimulailah laga penuh cerita tersebut.

Saya yang sebenarnya ingin melakukan hal lain dihari tersebut, yang juga masih terkait dengan project tersebut, mengawali laga dengan berkata kepada ayah "Kenapa gak suruh orang lain aja ngumpulinnya, kan kita bisa kerjain hal lain, yah?" Ya, kurang lebih begitulah percakapan dimulai.

Lalu, ayah saya membalas "Ya, kalo mau usaha harus mulai dari yang seperti ini, biar tau bagaimana rasanya melakukan hal ini (Mengumpulkan pupuk kandang-red)".

"Masalahnya, kitakan punya modal. Jadi, untuk yang begini bisalah suruh orang lain, hitung-hitung juga bisa memberikan kontribusi pekerjaan bagi orang yang membutuhkan, yah" Saya menimpali.

"Lah, emang abang ada modal?" Si ayah balik nanya.

"Nah, ide dan gagasan projecy yang iluk (saya-red) sampaikan, kan merupakan sebuah modal yah. Bahkan orang yang memiliki ide atau gagasan, serta visi untuk melihat kedepan, sudah memiliki modal yang sangat besar. Inilah modal utama untuk dapat memulai sesuatu yah" Ya, kurang lebih begitulah jawaban saya.

Lantas perdebatan yang mulai sengit bahkan memanasi memanas, dan situasi demikian yang tak termediasi oleh seorang moderator debat yang handal, serta diperparah dengan panasnya sinar matahari yang mulai memanaskan ubub-ubun masing-masing kepala, kamipun mulai berlaga dengan senjata! Dimana saya dahului dengan mengeluarkan sebuah laras kalashnikov (AK-47) dan ayah mulai mengeluarkan selaras bullpup (P90) yang sedari tadi disandangnya, lalu perang antara ayah-anakpun tak terelakkan. Peluru bergemuruh, penduduk lantas berteriak sambil menyeruak dari perkebunan yang sedari tadi mereka garap, dan..... Perang pun usai (Fantasi seorang penikmat fiksi)

Oke, sekilas info sejenak ingin lewat, mari kembali kepermasalahan nyata yang ingin saya bahas.
 
Sebenarnya, jika ditinjau kenapa saya memulai untuk beriwirausaha adalah karena tak lepas dari keinginan saya untuk seperti para revolusionis-revolusionis zaman dahulu, lebih jauh lagi seperti ketika zaman Rasulullah dahulu, dimana sembari berda'wah (menjadi guru agama) beliau juga seorang niagawan yang handal serta terkenal seantero jazirah arabia. 

Saya yang akan berkontribusi bagi dunia pendidikan tanah air, berkeinginan menjadi seorang guru yang didukung mantap oleh wirausaha yang digelutinya, so, saya dapat menjadi guru yang independen dalam artian yang sebenarnya.

Saya juga ingin memulai usaha yang lebih besar cakupan produksinya, walaupun sebenarnya semenjak masa sekolah dan kuliah saya sudah mulai berwirausaha meskipun dalam taraf yang belum begitu besar, jadilah saya bekerja sama dengan pemilik modal. Sayapun mengutarakan proposal project yang ingin saya garap, dan secara kebetulan pemodal tersebut adalah ayah saya. Keinginan untuk mencari pemodal dari pihak lain, bankir misalnya, pernah terbersit sebelumnya, namun mengingat dan menimbang beberapa hal yang berorientasikan agama, saya urungkan niat tersebut.

Saya, sang pemiliki modal ide atau gagasan, serta ayah saya, sang pemiliki modal materi, berkolaborasi untuk menggarap sebuah project, yang nantinya jika project tersebut memiliki prospek yang baik kedepannya, juga akan dikembangkan lagi ketaraf yang lebih tinggi.

Ide atau gagasan, bagi saya, sudah merupakan modal terbesar bagi seseorang untuk memulai sesuatu. Terlepas apakah orang tersebut memiliki atau tidak materi yang cukup, baik berupa instrumen keuangan, investasi, lahan, tabungan dan sebagainya. Dalam kasus ini, saya adalah pemilik ide yang kekurang materi, mengingat project ini sedikit membutuhkan materi yang besar untuk dimulai.

Kenapa sang pemilik ide saya sebut pemodal terbesar? Ini tak lepas dari idelah segala hal di dunia ini dapat terjadi. Lupakah kita ketika Rasulullah dengan ide Islam yang dibawanya, walaupun ide tersebut tak luput dari kontrol Sang Pencipta (ide), dan kita sadari ide yang berakar kurang lebih 1400 tahun yang lalu tersebut masih bergaung hingga saat ini, bahkan hingga hari akhir nanti. Tidakkah kita lupa, dengan ide nasionalis, cinta tanah air, dan anti-penjajah, para pahlawan negeri ini berjuang untuk dapat memerdekakan diri dari para penjajah? Benar, semua hal tersebut tercetus dalam sebuah ide, tentunya ide tersebut harus dituangkan dan diperjuangkan.

Nah, dengan alasan tersebut, dan banyak alasan lain yang dapat digali, saya sebut bahwa ide atau gagasan merupakan modal yang baik, besar dan harus perjuangkan. Nah, bagaimana jika sang pemilik ide tersebut terkendala dengan materi untuk memperjuangkannya. Itulah gunanya kolaborasi, alias kerja sama, dilakukan dengan pemilik materi, tentunya akan lebih baik lagi jika pemilik materi tersebut adalah orang-orang terdekat kita, karena bagaimanapun keluarga adalah organisasi terkecil dalam kehidupan sosial kita. Pastilah pelaku sosial tersebut akan menyambut baik ide atau gagasan yang kita ajukan, apalagi ide atau gagasan tersebut memiliki prospek yang baik serta memberikan manfaat yang besar.

So, bagi kalian - para pembaca budiman, tampan dan cantik rupawan - yang memiliki sebuah ide atau gagasan, segeralah utarakan! (ditulis lebih baik). Lalu, jika terkendala dengan suatu hal yang bernama modal, carilah kolaborator yang dapat menunjang ide kalian tersebut. Dan yang terakhir, do'akan ya guys, and girl, project ini dapat tergarap dengan baik kedepannya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guru Itu (Wajib) Wirausahawan

TOEFL iBT dan sebuah perkenalan dengan NAK

World 'Disability' Day? Think Again!!